CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Cari Informasi Apapun Yang Kamu Inginkan

Friday, June 27, 2008

Kalau Emosi Mengalahkan Segalanya...

.:::. Catatan Peristiwa Demonstrasi Buruh HM Sampoerna .:::.

Hari Pertama (23 Juni 2008)

Pagi itu saya bangun tidak terlalu pagi. Mungkin karena malam sebelumnya agak telat tidur, otomatis pagi harinya saya menjadi sedikit kekurangan waktu untuk persiapan ke kantor. Dengan sedikit tergesa-gesa, saya memacu kendaraan saya menuju kantor.

Dan kemudian…
Kurang lebih sekitar 300 meter dari gedung kantor saya – dan dengan mulut yang hampir menganga – di bagian halaman depan kantor saya terbentang lah hamparan manusia berseragam merah dan putih yang dengan penuh semangat berteriak-teriak lantang.

Masih dengan penuh tanda tanya – walaupun saya tahu pasti yang mereka lakukan pastilah berbau unjuk rasa – saya mengikuti arus kendaraan yang menggunakan jalur di seberang gedung kantor untuk bisa melewati kerumunan buruh-buruh itu. Pelan-pelan saya melewati jalan itu, yang dengan darurat digunakan untuk jalan dua arah. Sambil melihat ke sekeliling, saya kemudian masuk ke halaman kantor lewat pintu samping yang biasa digunakan untuk pejalan kaki. Pintu darurat ini praktis digunakan sebagai pintu masuk utama karyawan karena gerbang utama di yang terletak di bagian depan tengah benar-benar dijejali oleh ribuah buruh yang sedang berdemo.

Sesampainya di ruangan saya – sembari berusaha mengambil nafas dan berusaha tenang – perlahan saya mencari-cari informasi tentang keberadaan buruh-buruh yang sudah cukup membuat sesak suasana pagi itu. Ternyata hal yang diributkan mereka ini pernah saya bahas dengan santai bersama salah seorang user yang saya support sekitar dua hari yang lalu. Oh, tentang issue aliran dana dari mantan bos perusahaan toh?

Ya. Kabarnya, mereka mendengar issue bahwa mantan bos perusahaan tempat saya bekerja pernah memberikan sejumlah dana ke koperasi karyawan perusahaan. Dana ini seharusnya dibagikan kepada para buruh sebagai uang jasa pada saat perusahaan pindah kepemilikan kepada Philip Morris International. Issue tersebut rupanya menimbulkan bisik-bisik dan kegelisahan di kalangan buruh, yang pada akhirnya diwujudkan dengan keberanian berunjuk rasa secara besar-besaran di kantor pusat yang notabene merupakan kantor tempat saya bekerja.

Jadilah hari itu kami seisi ruangan tidak bisa berkonsentrasi bekerja seperti biasanya. Sesekali kami mencari-cari info perkembangan seputar kondisi halaman kantor. Saya juga sempat sejenak ke dekat lokasi demo dan ngobrol-ngobrol dengan Juru Tulis unit produksi – salah satu user yang biasa saya support untuk menggunakan aplikasi – yang terkena imbas demo: terpaksa meninggalkan pekerjaan administrasi mereka untuk bergabung dengan pendemo yang lain.

Para buruh yang memasuki halaman kantor tampak terdiri dari berbagai kesibukan: ada yang dengan semangat ber-orasi di depan halaman, ada yang hanya duduk-duduk, dan bagi yang kelaparan biasanya menyerbu kantin yang letaknya di halaman belakang kantor.

Sore itu sudah ada keputusan dari manajemen bahwa issue tersebut sama sekali tidak benar. Dan jika dalam waktu 7 hari (sejak surat keputusan itu dikeluarkan) para buruh tidak kembali bekerja seperti biasa, maka dianggap mengundurkan diri.

Saya masih bisa pulang seperti biasanya. Sambil melewati pintu samping yang dilewati tadi pagi, sekilas saya melirik ke arah kerumunan buruh yang juga tak beranjak. Saya pun masih belum tahu bahwa keesokan harinya semua bertambah kacau.


Hari Kedua (24 Juni 2008)

Hari kedua, buruh kembali berdemo. Diperkirakan sekitar 5000 buruh yang beraksi. Saya masih bisa memasuki halaman kantor lewat pintu samping. Namun siapa sangka suasana di dalam bertambah panas. Kurang lebih sekitar 100 meter dari ruangan saya, tampak huru-hara barisan buruh yang dengan penuh emosi berteriak-teriak agar tuntutan mereka dipenuhi.

Selain itu, buruh yang mayoritas berasal dari Plant Kalirungkut ini memaksa para buruh yang bekerja di Plant Rungkut Industri untuk segera keluar dari unit produksi untuk mengikuti demo. Rupanya buruh dari Kalirungkut menuntut solidaritas dari teman-teman mereka yang hari itu ingin bekerja seperti biasanya. Mungkin karena takut terjadi apa-apa, buruh-buruh yang sempat bekerja itu keluar dari unit produksi dan terpaksa bergabung dengan rekan-rekan lain yang sejak pukul lima pagi berada di halaman kantor.

Kejadian demi kejadian pun mewarnai aksi demo hari itu. Mulai dari perobohan gerbang produksi (padahal gerbangnya cukup tinggi dan kokoh), pembobolan pintu unit produksi, sampai aksi cakar dan jambak antara buruh yang pro-demo dengan para mandor yang sempat menolak ikut demo lantaran ingin bekerja seperti biasanya. Untunglah beberapa polisi dengan sigap langsung melakukan pengamanan terhadap mereka yang terancam.

Suasana di ruangan saya?
Seharian kami hanya bisa terkurung di dalam ruangan dengan kondisi lampu sengaja dimatikan dan dengan ketat para office boy mengunci semua pintu serta mengawasi orang yang keluar masuk. Ini semata-mata dilakukan agar aktifitas di dalam ruangan kami tidak memancing perhatian para buruh yang berada di sekitar luar ruangan. Kami hanya khawatir terjadi hal-hal yang lebih anarkis, mengingat ruangan kami jadi satu dengan ruang manajemen yang notabene para manajemen saat itu mungkin sedang disoroti. Walaupun manajemen tidak ada yang berada di ruang masing-masing, kami tetap berjaga-jaga di dalam ruangan tanpa banyak bicara.

Berkali-kali, bu Siti – bag. General Affair – yang duduknya tak jauh dari meja saya bergumam penuh kegetiran, mengucap dzikir dengan mata berkaca-kaca sambil menatap monitor hasil pantauan kamera CCTV yang dipasang di hampir seluruh penjuru kantor. Kebetulan beliau memang bertugas memantau setiap keadaan termasuk memberi komando bagi semua satpam di kantor.

Setiap beberapa menit beliau bergumam sesuatu, kami langsung berlari-lari ke samping mejanya, berkerumun dan melihat monitor CCTV dengan penuh rasa cemas. Terlihat dari monitor CCTV betapa emosi dan pikiran tidak logis sudah merasuki para buruh. Beberapa staff di ruangan saya terlihat menitikkan air mata saking cemasnya melihat kondisi sekitar yang mulai kacau.

Hampir setiap menit terdengar teriakan dan seruan bertubi-tubi yang terdengar jelas dari ruangan saya. Setiap menit itu pula pikiran kami melanglang buana – kira-kira apalagi yang bakalan terjadi?

Dalam kondisi seperti ini, tidak ada seorang pun yang bisa meneruskan pekerjaannya. Bahkan beberapa user dari lokasi luar Surabaya yang menelpon dan meminta bantuan/support kami tunda sejenak karena situasi yang sangat tidak kondusif ini. Semua sibuk berjaga-jaga dan berdoa. Saya dan rekan-rekan juga sempat mengabadikan kegiatan rusuh dari balik jendela dengan kamera tanpa menimbulkan perhatian para buruh.

Sore harinya saya bisa kembali pulang lewat pintu samping. Perasaan sedikit panik dan lega bercampur jadi satu.

Hari Ketiga (25 Juni 2008)

Dikabarkan peserta demo pada hari ketiga mencapai sekitar 10.000 sampai 12.000 orang. Kebetulan hari itu saya mengajukan ijin tidak masuk untuk keperluan membuat SIM. Tapi saya tetap memantau perkembangannya via internet dan kabar dari rekan-rekan di kantor.

Pukul 8 pagi saya cek berita di surabaya.detik.com bahwa hari itu gerbang utama dan semua pintu akses ke halaman kantor ditutup total serta dijaga ketat oleh puluhan polisi. Mungkin antisipasi ini diambil karena pada hari kedua mereka berdemo telah melakukan perusakan yang dianggap merugikan.

Akibatnya, ribuan buruh dari luar Plant Rungkut Industri tidak bisa masuk. Begitu juga dengan staff/karyawan yang terlanjur datang diatas jam 7.30 dengan sangat disesalkan terkena imbasnya alias tidak bisa masuk ke halaman kantor. Satpam dan polisi beralasanan tidak mau ambil resiko, karena jika pintu terbuka walaupun hanya sedikit, pasti para buruh langsung merangsek ke dalam dan dikhawatirkan terjadi hal-hal anarkis lainnya.

Menurut info dari seorang rekan, karena semua pintu akses ke halaman kantor ditutup total, hari itu mereka memenuhi jalan di depan kantor termasuk jalan di seberangnya. Mereka tetap berteriak sambil menyerukan shalawat nabi. Bahkan ada pemandangan cukup menarik yang saya lihat dari hasil jepretan foto rekan saya, yaitu mereka merampas salah satu seragam batik yang biasa digunakan oleh staff kemudian dipasangkan pada galah panjang untuk dijadikan orang-orangan sawah. Orang-orangan sawah ini diarak dan dijadikan bahan lelucon sambil terus meneriakkan shalawat nabi. Kabarnya seragam baru itu dirampas dari seorang driver kantor yang akan mengantarkan seragam tersebut ke pemiliknya. Sungguh ironis ya...

Akhirnya rekan-rekan saya yang tidak berhasil masuk ke halaman kantor terpaksa dipulangkan oleh coordinator. Dengan penuh rasa bersyukur, saya menghela napas sambil tetap memikirkan hari esok. Masihkan mereka bertahan dengan tuntutan mereka?


Hari Keempat (26 Juni 2008)

Rupanya berteriak dan berpanas-panas ria selama tiga hari berturut-turut belum bisa mematahkan semangat mereka untuk tetap mempertahankan tuntutan. Situasi hari keempat masih seperti hari ketiga. Semua pintu akses ke halaman kantor ditutup total. Demo dengan tuntutan yang tidak berdasar dan kurang menggunakan akal sehat ini terus berlanjut. Bahkan karena mereka terlalu antusias ingin menjebol gerbang utama, satpam kantor sempat melakukan penyemprotan air dengan selang besar ke arah kerumunan. Tapi hal ini sama sekali tidak membuat mereka kapok ataupun membubarkan diri.

Setelah memutar lewat jalan berbek, saya bertemu rekan-rekan saya di pinggir jalan sebelah masjid yang letaknya kurang lebih 400 meter dari samping kantor. Beberapa staff dari departemen lain juga terlihat berdiri di sepanjang pinggir jalan dengan menggunakan baju bebas. Para pimpinan memberi kelonggaran bagi staff untuk menggunakan baju bebas dan sandal demi menghindari amukan massa yang sering ’mengerjai’ dan menyoraki staff yang menggunakan seragam.

Nasib kami sama, tidak bisa masuk ke halaman kantor. Walaupun saya sempat memohon kepada petugas satpam yang saya temui di balik pagar, ia sama sekali tidak berani membuka pagar karena sudah ada instruksi dari atasan agar jangan sekali-kali membuka pintu tanpa ijin. Rupanya manajemen tidak ingin kejadian di hari kedua terulang lagi, juga untuk mengamankan buruh-buruh di Plant Rungkut Industri yang sudah mulai bekerja seperti biasanya. Akhirnya kami hanya bisa menunggu selama kurang lebih dua jam sebelum akhirnya diijinkan masuk ke dalam kantor.

Tanpa gentar, orasi demi orasi mereka lakukan setiap beberapa jam. Beberapa petinggi perusahaan dan kapolwil juga berusaha menenangkan dengan bertatap muka langsung dan mengucapkan beberapa patah kata yang intinya berusaha menyadarkan mereka. Ya tentu saja para petinggi dengan nada halus berkata bahwa issue yang mereka dengar sama sekali tidak benar. Namun salah satu pemimpin demo buruh juga bersikeras agar mantan bos perusahaan segera didatangkan bagaimana pun caranya. Diharapkan dengan datangnya mantan bos yang notabene menurut issue pernah memberikan uang jasa untuk buruh tersebut bisa memberi pencerahan atas kegalauan yang terpancar dari raut muka para buruh.

Yang membuat saya salut, ketika hujan mulai turun di sore hari tidak ada satupun buruh yang beranjak dari tempat mereka berdiri sejak pagi hari. Mereka tetap teguh berdiri dengan memegang payung masing-masing, tetap bersemangat dan pantang mundur.

Untuk alasan keamanan, para buruh di Plant Rungkut Industri – yang pada hari itu sudah bekerja seperti biasanya – atas perintah manajer dipulangkan ke rumah masing-masing dengan menggunakan truck milik polisi. Hal ini dilakukan untuk menghindari amukan rekan-rekannya yang sedari pagi sudah berdemo.

Hari itu saya hanya bisa bekerja beberapa jam dengan sangat tidak bisa berkonsentrasi. Pikiran terpecah dan rasanya bukan saat yang tepat untuk memaksa diri menyelesaikan semua pekerjaan. Akhirnya jam 4 sore saya dan rekan minta ijin untuk pulang lebih awal mumpung kondisi di pintu samping tidak terlalu ramai.

Menurut info yang saya dengar, di hari kelima mereka tidak melakukan demo, tapi akan dilanjutkan pada hari senin depan karena hari itu akan dilakukan perundingan antara perwakilan buruh dan pihak manajemen. Jadi di hari kelima mereka akan bekerja seperti biasanya dan hari Senin minggu depannya akan melanjutkan demo lagi. What?demo kok di pending?